GARIS BAWAH WAYANG TANAH

Secarik Catatan

GARIS BAWAH WAYANG TANAH

“Pemutaran film dokumentasi dan diskusi”

Oleh henry [green] Cerahnya pagi ini dengan hamparan birunya langit dan balutan putihnya awan di Solo, 16 April 2010

“tanah daratan ini hanya 1/3 dari permukaan bumi, tapi mengapa orang terobsesi untuk menguasai tanah? ujar Elisabeth, wartawan senior prancis”

Catatan  Pertunjukan Wayang Tanah

Pertunjukan Wayang tanah dengan lakon sinta: jahitan tanah telah usai di gelar pada  Rabu 31 Maret 2010 di padepokan lemah putih, Solo. Pertunjukan dimotori oleh dalang wayang suket Ki Slamet Gundono dan dukungan dari rekannya ; Suprapto suryodarmo, Liling, Agus bendol, Dorothea quin, Dedek wahyudi dan komunitas wayang suket. Pertunjukan terbilang unik dan kreatif ini bukan di gelar di panggung biasa tapi di ruang berukuran 5 x 5 meter dan  di kedalaman 1,5 meter. Sungguh suatu ruang pertunjukan yang tidak biasa/tidak lazim. Gagasan untuk memilih pertunjukan ini diakui oleh slamet gundono karena ingin keluar dari panggung konservatif. Gagasan ini juga merupakan kesatuan dari karya-karya sebelumnya yang menganasir unsur-unsur alam berupa wayang air, wayang suket, wayang api (proses) dan wayang lindur. Dalam pertunjukannya, Slamet gundono yang memadukan teknik seni pewayangan dan teater kedalam sebuah seni pertunjukannya. Tetembangan Slamet gundono membuat penonton semakin merasuk jauh ke dalam ruang yang sudah dalam. Tidak lama kemudian, slamet gundono memanggil perempuan berpinggang halus (dorothea quin). Continue reading “GARIS BAWAH WAYANG TANAH”