Bajaj (BBG)

Desainnya yang unik, lincah, gesit untuk memasuki jalan sempit/gang, bisa diandalkan sebagai kendaraan feeder (pengumpan), dan kini bajaj menjadi (Angkutan Lingkungan) yang ramah lingkungan

Oleh : Henry ryu

di Cerahnya Batavia (25/12)

 

dua bajaj yang serupa tapi tak sama sedang parkir di daerah Jakarta Kota Senin (19/12)

Terdengar suara yang khas keluar dari cerobong asap knalpot bajaj di tengah derasnya lalu lintas kota. Itulah bajaj yang memiliki suara khas dari knalpotnya, begitupun dengan getaran suara yang cukup nyaring terdengar. Maka tidak heran jika dari jarak yang berjauhan, suara knalpot kendaraan ini telah dapat kita dengar dan rasakan nyaringnya (bising!). Sejak lama bajaj hadir di jakarta sebagai moda transportasi umum yang mampu melewati jalan-jalan di lingkungan yang sempit. Kemampuan untuk menerobos jalan kecil/sempit inilah yang hingga kini membuat bajaj tetap eksis di kota. Dengan kata lain, kondisi geografis urban seakan sesuai dengan kemampuan bajaj. Karena biasa menerobos, membuat bajaj sering kali menerobos di kemacetan tanpa peduli kendaraan lain, bahkan kadang rambu-rambu lalu lintas pun turut diterobos. Menyelip, berbelok, mendekat dan merapat. Lincah bak kancil, kecil bak semut dan licin bak belut yang terus menggerus jalan-jalan ibukota. Meskipun jaman telah memaksa keberadaannya untuk tidak ada lagi, tapi semua itu tidak terjadi, toh bajaj masih eksis hingga kini di tengah-tengah kendaraan yang kian modern.

 

Siang yang terik ditambah debu yang berterbangan, Senin (19/12) di Jakarta kota, beberapa bajaj sedang memarkir kendaraannya di sisi jalan. Supir bajaj pun terlihat sedang mengelap kaca dan seluruh badan bajaj. Cat yang sempat kusam karena debu, dalam sekejap menjadi kilap kembali. Tak lama, terlihat pemilik bajaj menambahkan sedikit oli di dekat stir yang menyerupai motor. Sebagian supir lainnya sedang duduk sembari menikmati es kelapa muda. Bajaj yang mereka gunakan bukanlah milik mereka, tapi menyewa kepada pemilik. Dengan memberikan setoran beberpa rupiah kepada pemilik bajaj untuk satu hari penuh atau setengah hari. ”Biasanya untuk setengah hari kami setor kepada pemilik bajaj sebesar 75.000,00. Namun bila menyewa hingga 1 hari penuh biayanya hampir 2 kali lipat, ujar pengemudi bajaj sembari menikmati es kelapa mudanya.

Inovasi Bahan bakar

Jaman yang terus berubah, mau tidak mau diperlukan juga perubahan di segala hal agar tidak tergilas dan kemudian tertinggal. Dalam hal ini perubahan itu terjadi pada bajaj. Bajaj memiliki penampilan yang baru dengan beberapa sentuhan inovasi di bahan bakarnya. Kini bahan bakar bajaj menggunakan bahan bakar gas (BBG) namun untuk bentuk kendaraan tidak mengalami perubahan. Tetap mempertahankan bentuk fisik yang sama, masih dengan roda tiga. Dan diberi sentuhan warna yang agak cerah, warna biru muda. Suara yang keluar dari knalpot sudah tidak bising seperti bajaj yang dahulu, sekarang lebih bersahabat dengan telinga. Begitupun asap yang dikeluarkannya tidak lagi mengebul, sekarang tidak ada asap sama sekali. Bajaj pun sudah tidak bergetar namun lebih tenang dan menenangkan suasana di jalan raya. Dengan beberapa perubahan ini membuat bajaj (BBG): “angkutan lingkungan” (tertulis di bagian sisi samping badan bajaj) menjadi lebih ramah lingkungan. Ketika bajaj (BBG) memasuki ruang-ruang jalan kecil tidak mengganggu ketenangan lingkungan masyarakat yang dilewatinya. Sungguh berbeda dengan kondisi sebelumnya yang senantiasa membawa kebisingan.

“Hanya saja, karena stasiun pengisian BBG yang belum memadai (minim) membuat bajaj harus mengantri hingga berjam-jam”

Menyoal harga beli bahan bakar gas ini terbilang lebih murah jika dibandingkan bajaj klasik. Hal ini seperti dikatakan oleh supir bajaj, bahwa mereka hanya cukup mengeluarkan kocek Rp 10.000,00 untuk membeli BBG. Pengisian BBG dengan kocek segitu cukup untuk menggerakkan bajaj seharian mengelilingi jalan-jalan Jakarta. Efisiensi biaya ini mengakibatkan pendapatan harian pun bisa lebih banyak. Bahkan saking efisiennya, supir ini pernah menggunakan bajaj (BBG) untuk mudik ke kampung halamannya saat lebaran. Hanya saja, karena stasiun pengisian BBG yang belum memadai (minim) membuat bajaj harus mengantri hingga berjam-jam. Untuk  mengantisipasi hal ini kadang mereka menggunakan bahan bakar premium untuk bajaj (BBG). Hal ini karena adanya alternative bahan bakar premium yang ikut disandingkan dengan BBG di Bajaj.

Bajaj (BBG) menjadi sebuah solusi untuk terciptanya lingkungan urban yang kondusif dan tentunya ramah lingkungan. Mereka bisa terus mengisi dinamika masyarakat urban yang haus akan transportasi yang lincah hingga masuk ke jalan sempit/gang. Dan tentunya bajaj bisa bersanding dengan kendaraan lainnya. Ia hadir sebagai romantisme kendaraan publik masa lalu (Batavia) dan masa kini (Jakarta) dan masa yang akan datang (Ibukota Indonesia yang sebenarnya) dengan nuansa dan ruang yang ramah lingkungan.

2 thoughts on “Bajaj (BBG)

Leave a reply to henryaja Cancel reply